2012-12-25

PENENTUAN KADAR MULTIKOMPONEN CAMPURAN ASETOSAL, PARASETAMOL DAN KOFEIN SECARA SPEKTROFOTOMETER UV-VIS

      A.    Tujuan
Tujuan dari percobaan ini yaitu untuk menetukan kadar multikomponen campuran asetosal, parasetamol dan kofein secara spektrofotometer ultraviolet.

B.     Dasar Teori

            Spektrofotometer UV-Vis (Ultra Violet-Visible) adalah salah satu dari sekian banyak instrumen yang biasa digunakan dalam menganalisa suatu senyawa kimia. Spektrofotometer umum digunakan karena kemampuannya dalam menganalisa begitu banyak senyawa kimia serta kepraktisannya dalam hal preparasi sampel apabila dibandingkan dengan beberapa metode analisa (Herliani, 2008).
            Pengukuran menggunakan alat spektrofotometri UV-Vis ini didasarkan pada hubungan antara berkas radiasi elektromagnetik yang ditransmisikan (diteruskan) atau yang diabsorpsi dengan tebalnya cuplikan dan konsentrasi dari komponen penyerap. Berdasarkan hal inilah maka untuk dapat mengetahui konsentrasi sampel berdasarkan data serapan (A) sampel, perlu dibuat suatu kurva kalibrasi yang menyatakan hubungan antara berkas radiasi yang diabsorpsi (A) dengan konsentrasi (C) dari serangkaian zat standar yang telah diketahui (Henry dkk, 2002).
        
            Kafein merupakan senyawa kimia alkaloid terkandung secara alami pada lebih dari 60 jenis tanaman terutama teh (1- 4,8 %), kopi (1-1,5 %), dan biji kola(2,7-3,6 %) (Misra et al, 2008). Kafein (1,3,7-Trimethylxanthine) adalah kerabat mehylxantin yang secara luas tersebar di banyak jenis tumbuhan. Kafein juga dimanfaatkan manusia sebagai produk makanan dan minuman seperti teh, kopi dan coklat. Dalam bidang farmasi, kafein biasanya digunakan untuk pengobatan jantung, stimulant pernapasan dan juga sebagai peluruh kencing    (Yu dkk, 2009). Kafein berbentuk serbuk atau hablur bentuk jarum mengkilat biasanya menggumpal, putih, tidak berbau dan rasa pahit. Agak sukar larut dalam air dan dalam etanol (95%) p, mudah larut dalam kloroform p, sukar larut dalam eter p (Dirjen POM, 1979). Memiliki rumus struktur sebagai berikut:
Struktur Parasetamol
Parasetamol atau asetaminofen adalah turunan a-para-aminophenol memiliki khasiat sebagai analgesik, antipiretik, dan aktivitas antiradang yang lemah. Parasetamol merupakan analgesik non-opioid sering dicoba pertama untuk pengobatan gejala berbagai tipe sakit kepala termasuk migrain dan sakit kepala tipe tensi (Sweetman, 1982). Parasetamol (C8H9NO2) mengandung tidak kurang dari 90% dan tidak lebih dari 110% dari jumlah yang tertera pada etiket Pemerian parasetamol berupa serbuk hablur putih, tidak berbau, rasa sedikit pahit. Kelarutan, larut dalam 70 bagian air, 7 bagian (85%), 13 bagian aseton P, 40 bagian gliserol dan 9 bagian propilenglikol P serta larut dalam alkali hidroksida (Dirjen POM, 1979).
                                               
Asam asetilsalisilat mempunyai nama sinonim asetosal, asam salisilat asetat dan yang paling terkenal adalah aspirin. Serbuk asam asetil salisilat dari tidak berwarna atau kristal putih atau serbuk granul kristal yang berwarna putih.. Nilai titik lebur dari asam asetil salisilat adalah 135oC. Asam asetilsalisilat larut dalam air (1:300), etanol (1:5), kloroform (1:17) dan eter (1:10-15, Asam asetilsalilsilat larut dalam larutan hidroksida dan karbonat (Dirjen POM, 1979).

C.    Alat dan Bahan

1.      Alat

Alat-alat yang digunakan pada percobaan kali ini yaitu:
·         Labu takar 100 mL
·         Pipet ukur 25 mL
·         Filler
·         Statif dan Klem
·         Buret
·         Lumpang dan alu
·         Gelas kimia
·         Spektrofotometer  uv
·         Timbangan analitik
·         Batang pengaduk
·         Pipet tetes
·         Botol semprot
·         Erlenmeyer

2.      Bahan

Bahan-bahan yang digunakan pada percobaan kali ini yaitu:
·         Sediaan obat “Poldanmig”
·         Bahan obat murni (asetosal, parasetamol dan kofein)
·         Etanol 95%
·         Akuades
·         Alumunium foil

D.    Prosedur Kerja

1.      Pembuatan larutan standar
Bahan Obat Murni (Parasetamol, Kofein)
-     Ditimbang masing-masing 0,5 mg
-     Ditambahkan etanol 5 ml
-     Diencerkan dalam 100 mL dengan aquadest dalam labu takar 100 mL
-     Digojok hingga larut
Larutan Standar :
Paarsetamol  5 mg/ml
Kofein 5 mg/ml
Bahan Obat Murni (Asetosal)
-     Ditimbang 0,25 mg
-     Ditambahkan etanol 5 ml
-     Diencerkan dalam 100 mL dengan aquadest dalam labu takar 100 mL
-     Digojok hingga larut
Larutan Standar :
Asetosal  2,5 mg/ml

 


















2.     
Larutan Standar
-     Dibuat dalam 5 macam konsentrasi (1, 2, 3, 4 dan 5)
-     Diukur absorbansi dari masing-masing konsentrasi pada λ = 297 (asetosal), λ = 305,8 (parasetamol)  dan λ 301,6 (kofein)
-     Dibuat kurva standar dan persamaan garisnya
Hasil Pengamatan
Pembuatan Kurva Kalibrasi











3.      Penentuan kadar asetosal, parasetamol dan kofein dalam sediaan
Bahan obat (serbuk poldanmig)
-     Ditimbang sebanyak 0,1 mg
-     Dilarutkan sampai 100 Ml dengan etanol 70%
-     Diukur absorbansi pada λ = 297 (asetosal), λ = 305,8 (parasetamol)  dan λ = 301,6 (kofein)
-     Ditentukan kadarnya menggunakan persamaan kurva standar
Hasil Pengamatan
 


E.     Hasil Pengamatan

1.      Kurva Penentuan Panjang Gelombang Maksimal
a.    Asetosal
λ maks = 297 nm
b.      Paracetamol
λ maks = 305,8 nm







c.       Kafein
λ maks = 301,6

2.      Kurva hubungan Konsentrasi vs Absorbansi
a.      Asetosal

b.      Paracetamol


c.       Kafein
3.      Tabel hasil Pengamatan
a.    Larutan standar
No.
Nama bahan
λ maks (nm)
Konsentrasi (mg/mL)
Absorbansi
1
Asetosal
297
0,5
1
1,5
2
2,5
1,267
1,408
1,551
1,598
1,649
2
Paracetamol
305,8
1
2
3
4
5
1,815
1,823
1,838
1,946
1,85
3
Kafein
301,6
1
2
3
4
5
1,452
1,634
1,721
1,756
1,742

b.       Larutan sampel
No.
Nama bahan
λ maks (nm)
Konsentrasi (mg/mL)
Absorbansi
1
Asetosal
297
2,8243
1,764
2
Paracetamol
305,8
1.3795
1,6
3
Kafein
301,6
3,6844
1,723
c.       Perhitungan
a.       Asetosal
Konsentrasi sampel (y) = 2,824
y          = 0,095x + 1,208
2,824   = 0,095x  + 1,208
0,095x = 2,824- 1,208
x          =  
            = 17,01
b.      Parasetamol
Konsentrasi sampel (y) = 1,380
y          = 0,019x + 1,796
1,380   = 0,019x  + 1,796
0,019x = 1,380- 1,796
x          =  
            = 21,894
c.       Kofein
Konsentrasi sampel (y) = 3,684
y          = 0,070x + 1,450
3,684   = 0,070x  + 1,450
0,070x = 3,984- 1,450
x          =  
            = 31,914



F.     Pembahasan

Pada percobaan ini dilakukan penentuan kadar campuran multikomponen asetosal, parasetamol, dan kofein yang terdapat dalam sediaan obat ‘poldanmig’ dengan menggunakan spektrofotometri ultraviolet. Prinsip dasar Spektrofotometri UV-Vis adalah serapan cahaya. Bila cahaya jatuh pada senyawa, maka sebagian dari cahaya diserap oleh molekul-molekul sesuai dengan struktur dari molekul senyawa tersebut. Serapan cahaya oleh molekul dalam daerah spektrum UV-Vis tergantung pada struktur elektronik dari molekul. Spektra UV-Vis dari senyawa-senyawa organik berkaitan erat dengan transisi-transisi diantara tingkatan-tingkatan tenaga elektronik. Radiasi ultraviolet dan sinar tampak diabsorpsi oleh molekul organik aromatik, molekul yang mengandung elektron-π terkonjugasi dan atau atom yang mengandung elektron-n, menyebabkan transisi elektron di orbital terluarnya dari tingkat energi elektron tereksitasi lebih tinggi. Besarnya serapan radiasi tersebut sebanding dengan banyaknya molekul analit yang mengabsorpsi sehingga dapat digunakan untuk analisis kuantitatif.
Pemilihan spektrofotometer UV-Vis adalah karena spektrofotometer merupakan instrument analisis yang tidak rumit, selektif, serta kepekaan dan ketelitiannya tinggi. Selain itu,  senyawa asetosal, parasetamol dan kofein yang akan dianalisis memiliki kromofor pada strukturnya berupa ikatan rangkap terkonjugasi dan juga merupakan senyawa aromatik karena memiliki gugus aromatik sehingga memenuhi syarat senyawa yang dapat dianalisis menggunakan spektrofotometri UV-Vis.
Dalam percobaan ini, metode analisis yang digunakan adalah metode kurva kalibrasi. Dalam metode ini dibuat suatu larutan standar dari asetosal, parasetamol dan kofein dengan berbagai konsentrasi dan absorbansi dari larutan tersebut diukur spektrofotometer UV-Vis. Langkah selanjutnya adalah membuat grafik antara konsentrasi(C) dengan absorbansi (A) yang merupakan garis lurus yang melewati titik nol dengan slobe =  atau = a.b. konsentrasi larutan sampel dapat dicari setelah absorbansi larutan sampel diukur dan diintrapolasi ke dalam kurva kalibrasi atau dimasukkan ke dalam persamaan garis lurus yang diperoleh dengan menggunakan program regresi linear pada kurva kalibrasi.
Karena menggunakan metode analisis kurva kalibrasi maka larutan standar (senyawa murni obat) dibuat dalam 5 konsentrasi. Dalam percobaan ini dibuat larutan baku dengan konsentrasi masing-masing untuk parasetamol dan kofein yaitu 5; 4; 3; 2; 1; mg/ml dan asetosal dengan konsentrasi 2,5; 2; 1,5; 1; 0,5 mg/ml. Sebelum dilakukan pengukuran serapan, maka masing-masing komponen harus ditentukan panjang gelombang maksimumnya terlebih dahulu. Alasan penggunaan panjang gelombang maksimum (λ maks) yakni panjang gelombang maksimum memiliki kepekaan maksimal karena terjadi perubahan absorbansi yang paling besar serta pada panjang gelombang maksimum bentuk kurva absorbansi memenuhi hukum Lambert-Beer. Dari percobaan ini diperoleh panjang gelombang maksimum untuk asetosal adalah 297 nm, parasetamol 305,8 nm, dan kofein 301,6 nm.
Larutan blanko yang digunakan adalah etanol. Digunakan blanko etanol karena pelarut yang digunakan untuk melarutkan sampel adalah etanol. Penggunaan etanol sebagai pelarut dikarenakan ketiga sampel yaitu asetosal, parasetamol dan kofein hanya sedikit larut dalam air. Seperti diketahui bahwa ketiga sampel tersebut terdiri dari gugus polar dan gugus nonpolar dimana apabila dilarutkan dengan air maka hanya bagian polar yang dapat larut. Oleh karenanya maka digunakan pelarut etanol karena etanol memiliki gugus polar dan non polar sama halnya seperti sampel. Sehingga bagian yang polar akan melarutkan bagian polar pada sampel dan bagian nonpolar akan melarutkan bagian nonpolar pada sampel.
Setelah persamaan garis diperoleh maka kadar asetosal, parasetamol dan kofein masing-masing dapat dihitung. Pengukuran konsentrasi obat dalam sampel berdasarkan hokum lambert-beer. Hukum Lambert-Beer menyatakan hubungan linieritas antara absorban dengan konsentrasi larutan analit dan berbanding terbalik dengan transmitan. Dalam hukum Lambert-Beer tersebut ada beberapa pembatasan, yaitu : Sinar yang digunakan dianggap monokromatis; penyerapan terjadi dalam suatu volume yang mempunyai penampang yang sama; senyawa yang menyerap dalam larutan tersebut tidak tergantung terhadap yang lain dalam larutan tersebut; tidak terjadi fluorensensi atau fosforisensi ; serta indeks bias tidak tergantung pada konsentrasi larutan. Hasil perhitungan yaitu untuk asetosal besar kadarnya adalah 17,01%, parasetamol 21,894% dan kadar kofein 31,914%.





DAFTAR PUSTAKA


Dirjen POM. 1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Departemen Kesehatan: Jakarta.

Henry,A. Suryadi MT. Arry Y,. 2002. “Analisis Spektrofotometri UV-Vis Pada Obat Influenza Dengan Menggunakan Aplikasi Sistem Persamaan Linier”. KOMMIT. Universitas Gunadarma
Herliani, An an. 2008. Spektrofotometri. Pengendalian Mutu Agroindustri. Program D4-PJJ.
Misra H, D. Mehta, B.K. Mehta, M. Soni, D.C. Jain. 2008. Study of Extraction and HPTLC – UV Method for Estimation of Caffeine in Marketed Tea (Camellia sinensis) Granules. International Journal of Green Pharmacy: 47-51.

Yu Chi Li, Tai Man Louie, Ryan Summers, Yogesh Kale, Sridhar Gopishetty, and Mani Subramanian, Two Distinct Pathways for Metabolism of Theophylline and Caffeine Are Coexpressed in Pseudomonas putida CBB5, JOURNAL OF BACTERIOLOGY, July 2009, p. 4624–4632 Vol. 191, No. 14. Center for Biocatalysis & Bioprocessing and Department of Chemical & Biochemical Engineering,The University of Iowa, Iowa City, Iowa 52242 Received 26 March 2009/Accepted 7 May 2009

 



ليست هناك تعليقات:

إرسال تعليق