A.
Tujuan Percobaan
Tujuan percobaan ini adalah untuk menentukan kadar Fe (besi) dalam sediaan secara spektrofotometer atau
kolorimetri menggunakan metode standar adisi.
B.
Landasan Teori
Besi secara farmakologi digunakan
sebagai zat penambah darah bagi penderita anemia. Salah satu bentuk garam besi
yang digunakan sebagai komponen zat aktif dalam sediaan penambah darah adalah
besi (II) sulfat, yaitu besi bervalensi dua atau fero. Hal ini berkaitan dengan
kondisi tubuh manusia yang lebih mudah menyerap besi dua daripada besi bervalensi
tiga. Sifat kimia besi yang sangat dikenal adalah mudah teroksidasi oleh
oksigen dari udara dan oksidator lainnya, sehingga besi umumnya dijumpai
sebagai besi bervalensi tiga. Pada kondisi tertentu dimana kurang kontak dengan
udara, besi berada sebagai besi bervalensi dua (Vogel, 1961).
Metode analisis besi yang sering
digunakan saat ini adalah dengan spektrofotometri sinar tampak, karena
kemapuannya dapat mengukur konsentrasi besi yang rendah. Analisis kuantitatif
besi dengan spektrofotomteri dikenal dua metode, yaitu metode orto-fenantrolin
dan metode tiosianat. Besi bervalensi dua maupun besi bervalensi tiga dapat
membentuk kompleks berwarna dengan suatu reagen pembentuk kompleks dimana
intensitas warna yang dibentuk dapat diukur dengan spektrofotometer sinar
tampak (Kartasasmita, 2008).
Metoda
spektrofotometri uv-vis adalah salah satu metoda analisis kimia untuk
menentukan unsur logam, baik secara kualitatif maupun secara kuantitatif.
Analisis secara kualitatif berdasarkan pada panjang gelombang yang ditunjukkan
oleh puncak spektrum (190 nm s/d 900 nm), sedangkan analisis secara kuantitatif
berdasarkan pada penurunan intensitas cahaya yang diserap oleh suatu media.
Pembentukan warna dilakukan dengan cara menambahkan bahan pengompleks yang
selektif terhadap unsur yang ditentukan (Fatimah, 2009).
Spektrofotometri UV Vis digunakan dalam
penentuan kadar senyawa organik yang mempunyai struktur kromofor atau
mengandung gugus kromofor. Penentuan kadar dilakukan dengan mengukur absorbansi
pada panjang gelombang maksimum (puncak kurva), agar dapat memberikan
absorbansi tertinggi untuk setiap konsentrasi (Cahyadi, 2006).
Salah satu metode yang cukup
handal pada spektrofotometer adalah dengan penambahbakuan atau adisi standar.
Metode ini meruapakan suatu pengembangan metode spektrofotometer sinar tampak
dengan biaya relatif lebih murah (Watulingas,
2008).
Tujuan utama
penggunaan metode adisi standar adalah untuk (1) meningkatkan sensitivitas
melalui penambahan nilai terukur; (2) menurunkan sensitivitas ketika larutan
analit terlalu tinggi konsentrasinya; (3) mengkompensasi efek matriks; (4)
mengkompensasi kesalahan operator
(Day, 2002).
C.
Alat dan Bahan
1. Alat
Alat-alat yang digunakan pada praktikum
ini adalah:
a.
Spektronik 20 D
b.
Kuvet
c.
Gelas ukur 10 mL dan
50 mL
d.
Pipet ukur 10 ml
e.
Filler
f.
Tabung reaksi
g.
Pipet tetes
h.
Labu takar 25 ml dan
50 mL
i.
Gelas kimia
j.
Timbangan analitik
2. Bahan
Bahan
-bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah:
a.
Air (H2O)
b.
Sediaan obat dengan
kandungan Besi(III) sulfat
c.
Ammonium Tiosianat
d.
HCl pekat
e.
FeCl3
D. Prosedur Kerja
·
Pembuatan Larutan
Standar
Besi (III) klorida (FeCl3)
|
- Ditimbang sebanyak 0.001 gram
-
Dilarutkan dengan HCl
pekat
-
Diencerkan hingga 100
mL dengan akuades
Larutan FeCl3 10 ppm
|
-
Dipipet 5 mL,
dimasukkan dalam labu ukur
-
Ditambahkan larutan
ammonium tiosianat
-
Diencerkan hingga 100
ml
Larutan standar 5 ppm
·
Penentuan nilai λ maks
Larutan standar
|
-
Dimasukkan dalam kuvet
-
Diukur absorbansi pada
rentang panjang gelombang 450-650 nm
-
Dicatat hasil yang
diperoleh
λ maks
= 450 nm
·
Penentuan Kadar Fe
dengan Metode Standar Adisi I
Sediaan Besi Sulfat
|
-
Ditimbang sebanyak
0.01 gram
-
Dilarutkan dengan HCl
-
Diencerkan dengan
akuades hingga volume 250 mL
Larutan Besi Sulfat
|
-
Dipipet sebanyak 25 mL
-
Dimasukkan di dalam
lima labu ukur berbeda
-
Ditambahkan larutan
standar masing-masing 0, 5, 10, 15, 20 mL
-
Ditambahkan larutan
ammonium tiosianat
-
Diencerkan dengan
akuades hingga tanda tera
-
Diukur absorbansi pada
λ = 450 nm
A
0 mL larutan standar = 0.082
A
5 mL larutan standar = 0.114
A
10 mL larutan standar = 0.178
A
15 mL larutan standar = 0.235
A
20 mL larutan standar = 0.281
·
Penentuan Kadar Fe
dengan Metode Adisi Standar II
Sediaan Besi Sulfat
|
-
Ditimbang sebanyak
0.01 gram
-
Dilarutkan dengan HCl
-
Diencerkan dengan
akuades hingga volume 250 mL
Larutan Besi Sulfat
|
-
Dipipet sebanyak 25 mL
-
Dimasukkan di dalam
dua labu ukur berbeda
-
Ditambahkan 1 mL
larutan standar pada labu pertama dan tidak ditambahkan larutan standar pada
labu kedua
-
Ditambahkan larutan
ammonium tiosianat
-
Diencerkan dengan
akuades hingga tanda tera
-
Diukur absorbansi pada
λ = 450 nm
A
0 mL larutan standar = 0.105
E. Hasil Pengamatan
1. Tabel Hasil Pengamatan
·
Penentuan panjang
gelombang ( λ ) maksimum
Senyawa
|
Panjang
gelombang (λ)
|
Nilai
absorbansi
|
FeCl3
|
450
|
0,576
|
460
|
0,574
|
|
470
|
0,572
|
·
Penentuan nilai
absorbansi FeCl3 Metode Standar Adisi I :
Volume
Larutan Standar (ml)
|
Panjang
gelombang
|
Nilai
absorbansi
|
0
|
450
|
0.082
|
5
|
450
|
0.114
|
10
|
450
|
0.178
|
15
|
450
|
0.235
|
20
|
450
|
0.281
|
·
Penentuan nilai
absorbansi FeCl3 Metode Standar Adisi II :
Volume
Larutan Standar (ml)
|
Panjang
gelombang
(λ)
|
Nilai
absorbansi
|
0
|
450
|
0.105
|
1
|
450
|
0.117
|
2. Perhitungan
a. Metode Standar Adisi I
Dik.
= 0.0742
= 0.0104
Cs
= 10 ppm
Vx = 5 mL
Dit. Cx
= …?
Peny.
Cx
=
= 14.269 ppm
b.
Metode Standar Adisi II
Dik. Vs = 5 mL
Cs = 10 ppm
Vx = 5 mL
A1 = 0,105
A2 = 0,117
Dit. Cx = …?
Peny.
Cx =
= 87.5 ppm
3. Reaksi
Fe2(SO4)3 + NH4SCN à
Fe(SCN)3 + (NH4)2SO4
F.
Pembahasan
Prinsip kerja
spektrofotometer adalah menggunakan instrumen obat atau molekul dengan radiasi elektromagnetik,
yang energinya sesuai. Interaksi tersebut akan meningkatkan energi potensi
elektron pada tingkat aksitan. Apabila pada molekul yang sederhana tadi hanya
terjadi transisi elektronik pada suatu macam gugus maka akan terjadi suatu
absorbsi yang merupakan garis spektrum.
Metoda spektrofotometri uv-vis adalah salah satu
metoda analisis kimia untuk menentukan unsur, baik secara kualitatif maupun
secara kuantitatif. Analisis secara kualitatif berdasarkan pada panjang gelombang yang
ditunjukkan oleh puncak spektrum (190 nm s/d 900 nm), sedangkan analisis secara
kuantitatif berdasarkan pada penurunan intensitas cahaya yang diserap oleh
suatu media. Intensitas ini sangat tergantung pada tebal tipisnya media dan
konsentrasi warna spesies yang ada pada media tersebut.
Percobaan yang dilakukan berupa uji kualitatif dan
kuantitatif pada sediaan obat generik yang mengandung Besi (III) Sulfat. Uji
kualitatif yang dilakukan yaitu untuk menentukan panjang gelombang (λ) maksimum
dan uji kuantitatif yaitu penentuan kadar Besi (III) Sulfat dalam sediaan.
Pada
percobaan ini, langkah pertama yang dilakukan dengan mereaksikan larutan
standar besi yang berada di dalam labu takar dengan larutan
KSCN (amonium tiosulfat) yang merupakan pereaksi warna dan reaksinya dengan larutan
besi yang merupakan senyawa kompleks [Fe(SCN)]2+. Pereaksi ini akan
menghasilkan warna yang menyerap dengan kuat sehingga dapat digunakan untuk
analisa besi dalam kadar kecil.
Suatu
larutan dijadikan sebagai pereaksi harus
memenuhi beberapa persyaratan. KSCN merupakan pereaksi warna, sebab reaksinya dengan zat
yang dianalisis yaitu besi (Fe) selektif dan sensitif yaitu
membentuk kompleks besi tiosianat yang berwarna merah. Warna yang ditimbulkan
yaitu merah bata, stabil untuk jangka waktu yang lama, sehingga serapannya
tidak berubah-ubah hingga akhir analisis. Tidak membentuk warna
dengan zat-zat lain yaitu ion H+, Cl- dan NO3-
yang ada dalam larutan.
Warna merah bata yang dihasilkan mempunyai warna komplementer
hijau – biru. Warna komplementer terbentuk ketika cahaya putih yang berisi
seluruh spektrum panjang gelombang melewati suatu medium (larutan kimia
berwarna) yang tembus cahaya bagi panjang – panjang gelombang tertentu tetapi
menyerap panjang – panjang gelombang yang lain akibatnya medium itu akan tampak
berwarna bagi pengamat.
Setelah
itu langkah selanjutnya yang dilakukan dalam percobaan ini adalah memilih
panjang gelombang maksimum. Pengukuran serapan atau absorbansi spektrometri
biasanya dilakukan pada suatu panjang gelombang yang sesuai dengan serapan
maksimum karena konsentrasi besar terletak pada titik ini, artinya serapan
larutan encer masih terdeteksi. Pengukuran
absorbansi untuk larutan standar besi dan absorbansi sampel yang mengandung
besi diukur pada λmax = 450 nm karena pada panjang gelombang tersebut
mrnunjukkan nilai absorbansi paling tinggi yakni 0,576.
Panjang gelombang
maksimum ini bertujuan agar zat-zat yang mengganggu tidak ikut
terserap ataupun memberikan serapan, dalam hal ini yang akan memberikan
serapan hanya logam yang dianalisis (besi) sedangkan tidak boleh memberikan
serapan. Pengukuran serapan atau absorbansi spektrometri biasanya dilakukan
pada suatu panjang gelombang yang sesuai dengan serapan maksimum karena
konsentrasi besar pada titik ini, artinya serapan larutan encer masih
terdeteksi.
Kemudian langkah
selanjutnya dalam analisis ini adalah pembuatan kurva kalibrasi, dimana kurva kalibrasi dibuat
dengan jalan mengukur serapan larutan – larutan standar . bila hukum Lambert – Beer dipenuhi, maka grafik / kurva
ini akan membentuk garis lurus melalui titik nol. Dengan serapan cuplikan pada
kurva kalibrasi, maka konsentrasi cuplikan dapat ditentukan.
Dimana mengukur
serapan dari larutan standar besi dengan jumlah yang berbeda untuk wadah yaitu
0 ml; 5 ml; 10 ml; 15 ml; dan
20 ml yang ditambahkan 5 ml amonium tiosianat sebagai pengompleks yang akan membentuk warna agar dapat
terbaca absorbansi pada spektrofotometri.
Kemudian larutan ini dimasukkan ke dalam kuvet yang telah disiapkan dan diukur
serapannya dengan menggunakan panjang gelombang maksimum yang telah diperoleh
pada perlakuan sebelumnya yaitu pada panjang gelombang 450 nm. Hasil pengkuran menunjukkan nilai absorbansi larutan standar besi berturut-turut adalah 0.082, 0.114, 0.178, 0.235, 0.281. Sebelum dilakukan
pengukuran dengan larutan-larutan tersebut, pertama-tama harus dilakukan
kalibrasi alat dengan menggunakan larutan blangko untuk menetralkan alat agar
diperoleh hasil yang lebih akurat.
Berdasarkan nilai absorban dan konsentrasi
larutan-larutan standar besi yang diperoleh maka kita bisa membuat kurva
kalibrasi. Kurva kalibrasi yang diperoleh pada percobaan ini adalah linier yang artinya memenuhi hukum
Lambert-beer.
Untuk menghemat waktu dan
cuplikan, metode standar adisi juga dilakukan dengan membuat dua macam larutan
uji. Penambahan larutan standar dilakukan pada salah satu atau dua cuplikan.
Metode ini disebut adisi stanar II.
Pada langkah akhir dari
percobaan ini adalah penentuan kadar besi dalam cuplikan. Analisis kuantitatif sediaan obat yang mengandung
besi (III) sulfat secara spektrofotometri menggunakan metode standar adisi.
Maksud dari metode standar adisi adalah bahwa sampel yang akan dianalisis
ditambahkan sejumlah standar yang memiliki struktur yang sama dengan sampel
yang akan dianalisis. Keuntungan metode ini adalah pengolahan data yang cepat
dan membutuhkan biaya yang relatif sedikit.
Nilai kadar besi sulfat yang diperoleh secara
spektrofotometri dengan metode adisi standar dalam konsentrasi ppm sebesar 14.269. Berdasarkan hasil yang diperoleh ini berarti dalam
0.001 mg sampel yang dianalisis mengandung besi (III) sebanyak 14.269 ppm. Berdasarkan metode standar adisi II diperoleh sampel
yang dianalisis mengandung besi (III) sebanyak 87.5 ppm.
Berdasarkan
hasil pengamatan dan perhitungan yang telah dilakuan pada FeCl3, dapat
diketahui bahwa hubungan antara volume (ml) dengan nilai absorben (a) tegak
lurus, sehingga dapat di simpulkan bahwa semakin banyak volume FeCl3, maka nilai
absorbennya atau daya tembus cahaya yang di lewati sampel semakin besar.
Adapun faktor – faktor yang dapat
mempengaruhi dalam perhitungan pada percobaan ini adalah :
1. Kesalahan dalam
penempatan sampel.
2. Kurang teliti
dalam melakukan pengenceran sampel.
3. Alat dan bahan
kurang steril dan telah terkontaminasi.
F. Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil pada percobaan ini
adalah kadar
besi pada sampel sediaan secara
spektofotometri dengan metode adisi standar adalah sebesar 14.269 ppm. Berdasarkan metode standar adisi II diperoleh
sampel yang dianalisis mengandung besi (III) sebanyak 87.5 ppm.
DAFTAR PUSTAKA
Cahyadi, W.
2008. Analisis dan Aspek Kesehatan Bahan Tambahan Pangan. Bumi Aksara :
Jakarta.
Day, R.A dan A.L. Underwood. 2002. Analisa Kimia Kuantitatif. Jakarta: Erlangga; hal. 379
Fatimah S, Iis Haryati dan Agus
Jamaludin. Pengaruh Uranium Terhadap Analisis Thorium Menggunakan
Spektrofotometer UV-Vis. Seminar Nasional V, ISSN 1978-0176. SDM
Teknologi Nuklir Yogyakarta, 5 November 2009.
Kartasasmita RE, Lilis Tuslinah dan Majid Fawaz.
Penentuan Kadar Besi (II) Dalam Sediaan Tablet Besi (II) Sulfat Menggunakan
Metode Orto Fenantrolin. Jurnal Kesehatan
BTH, Volume 1 No. 1 Agustus 2008.
STIKes BTH Tasikmalaya.
Pudjaatmaka, Hadyana, editor. 1994. Buku Ajar Vogel Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik, edisi 4.
Jakarta: EGC; hal 863-864
Watulingas, Maasje Catherine.
Aplikasi Teknik Adisi Standar pada Penetapan Kadar Besi (III) dalam Air Sungai
Karang Mumus dengan Spektronic 21-D. Jurnal
Kimia Mulawarman, Vol.6 No.1 Nopember 2008, ISSN 1693-5616. Jurusan
Pendidikan Kimia Universitas Mulawarman.
ليست هناك تعليقات:
إرسال تعليق