A. Tujuan
Tujuan dalam percobaan ini adalah untuk
menentukan kandungan alkaloid kafein
dalam
daun teh secara ekstraksi pelarut.
B. Landasan teori
Tumbuhan menghasilkan
bermacam-macam golongan senyawa organik yang melimpah yang sebagian besar dari
senyawa itu tidak Nampak secara langsung dalam pertumbuhan dan perkembangan
tumbuhan tersebut. Zat-zat kimia ini dirujuk secara sederhana sebagai metabolit
sekunder yang keberadaannya terbatas pada spesies tertentu dalam tumbuhan.
Metabolisme sekunder juga dikenal sebagai hasil alamiah metabolisme. Berdasarkan asal biosintetiknya, metabolit
sekunder dapat dibagi dalam tiga kelompok besar yakni terpenoid, alkaloid dan
senyawa-senyawa fenol (Simbala, 2009).
Alkaloid merupakan golongan
terbesar senyawa metabolit sekunder pada tumbuhan. Telah diketahui, sekitar
5.500 senyawa alkaloid yang terbesar di berbagai famili. Alkaloid merupakan
senyawa kimia bersifat basa yang mrngandung satu atau lebih atom nitrogen,
umumnya tidak berwarna, dan berwarna jika mempunyai struktur kompleks dan
bercincin aromatic. Alkaloid seringkali beracun bagi manusia dan banyak mempunyai
kegiatan fisiologis yang menonjol sehingga banyak digunakan dalam pengobatan
(Harbone, 1987).
Kafein merupakan senyawa kimia
alkaloid terkandung secara alami pada lebih dari 60 jenis tanaman terutama teh
(1- 4,8 %), kopi (1-1,5 %), dan biji kola(2,7-3,6 %) (Misra et al, 2008). Kafein
(1,3,7-Trimethylxanthine) adalah kerabat mehylxantin yang secara luas tersebar
di banyak jenis tumbuhan. Kafein juga dimanfaatkan manusia sebagai produk
makanan dan minuman seperti teh, kopi dan coklat. Dalam bidang farmasi, kafein
biasanya digunakan untuk pengobatan jantung, stimulant pernapasan dan juga
sebagai peluruh kencing (Yu dkk,
2009).
Kafein
berbentuk serbuk atau hablur bentuk jarum mengkilat biasanya menggumpal, putih,
tidak berbau dan rasa pahit. Agak sukar larut dalam air dan dalam etanol (95%)
p, mudah larut dalam kloroform p, sukar larut dalam eter p (Dirjen POM, 1979).
Memiliki rumus struktur sebagai berikut:
.
Struktur
kimia kofein
Ekstraksi merupakan salah
satu teknik analisis yang bertujuan untuk memisahkan berbagai senyawa dalam
sampel berdasarkan kepolarannya (Nurhayati dkk, 2004). Ekstraksi dengan pelarut
organik lebih efektif dan dapat dilakukan secara perkolasi, soxhletasi dan
maserasi (Cakrawati, 2005). Maserasi merupakan metode ekstraksi dengan cara
perendaman tanpa melibatkan panas (Astuti, 2012). Maserasi memiliki beberapa
keuntungan, diantaranya yaitu cara kerja dan alat yang digunakan cukup
sederhana dan cocok untuk senyawa yang tidak tahan panas (Purwantini dkk,
2007).
C. Alat dan Bahan
1.
Alat
Alat yang digunakan dalam percobaan ini
adalah:
- Alat
maserasi
- Corong
pisah
- Batang pengaduk
- Labu
takar
- Gelas
kimia
- Erlenmeyer
- Corong
biasa
- Buret
- Pipet
volume
- Penangas
air (Waterbath)
- Timbangan
2.
Bahan
Bahan yang digunakan
pada percobaan ini adalah:
- Daun
teh
- Larutan
baku NaOH 0,2 N
- Larutan
baku H2SO4
- Amonium
hidroksida conc.
- Amonia
10%
- Larutan H2SO4 0,2 N
- Etanol
95%
- Dietileter
- Kloroform
- Indikator
metil Red
- Akuades
D. Prosedur Kerja
1.
Metode
I (Ammonia + Kloroform)
2.
Metode
II (Kloroform)
E.
Pembahasan
Pada percobaan ini sampel yang
digunakan berupa daun teh dimana pada daun teh senyawa metabolit sekunder yang
dimiliki yaitu senyawa kafein (golongan
alkaloid). Sebagaimana diketahui metabolit sekunder adalah senyawa-senyawa
hasil biosintetik turunan dari metabolit primer yang umumnya diproduksi oleh
organisme yang berguna untuk pertahanan diri dari lingkungan maupun dari
serangan organisme lain. Sedangkan substansi yang dihasilkan oleh organisme
melalui metabolisme dasar, digunakan untuk pertumbuhan dan perkembangan
organisme yang bersangkutan disebut dengan metabolit primer. Salah satu hasil
metabolit sekunder dari tumbuhan yaitu golongan alkaloid, yang merupakan produk
alam yang sering digunakan sebagai bahan baku dalam obat-obatan.
Dalam istilah
kekerabatan dunia tumbuh-tumbuhan, teh digolongkan kedalam:
Kingdom :
Plantae
Divisio :
Spermatophyta
Sub Divisio :
Angiospermae
Class :
Dicotiledoneae
Ordo :
Guttiferales
Famili :
Tehaceae
Genus :
Camelia
Spesies :
Camelia sinensis
Alkaloid
merupakan golongan senyawa metabolit sekunder terbesar dan secara kimia
heterogen dimana ia berkisar dari senyawa sederhana seperti konilin sampai pada
senyawa dengan cincin pentasiklik seperti strikhinin. Senyawa metabolit
sekunder ini dapat ditemukan pada tumbuhan tingkat tinggi, insekta, amphibi,
jamur dan kadang-kadang pada mamalia.
Banyak
senyawa alkaloid yang memiliki aktivitas farmakologis yang penting seperti
d-tubbocurrarin sebagai relaksasi obat dalam anastesi, reserpin sebagai
antihipertensi dan obat bersifat psikotropik.
Reaksi utama
yang mendasari biosintesis senyawa alkaloid adalah reaksi mannich antara suatu
aldehida dan suatu amina primer dan sekunder, dan suatu senyawa enol atau
fenol. Biosintesis alkaloid juga melibatkan reaksi rangkap oksidatif fenol dan
metilasi. Jalur poliketida dan jalur mevalonat juga ditemukan dalam biosintesis
alkaloid. Kemudian reaksi yang mendasari pembentukan alkaloid membentuk basa.
Basa kemudian bereaksi dengan karbanion dalam kondensasi hingga terbentuklah
alkaloid. Disamping reaksi-reaksi dasar ini, biosintesa alkaloida melibatkan
reaksi-reaksi sekunder yang menyebabkab terbentuknya berbagai jenis struktur
alkaloida. Salah satu dari reaksi sekunder ini yang terpenting adalah reaksi
rangkap oksidatif fenol pada posisi orto atau para dari gugus fenol. Reaksi ini
berlangsung dengan mekanisme radikal bebas.
Reaksi-reaksi sekunder lain seperti metilasi
dari atom oksigen menghasilkan gugus metoksil dan metilasi nitrogen
menghasilkan gugus N-metil ataupun oksidasi dari gugus amina. Keragaman
struktur alkaloid disebabkan oleh keterlibatan fragmen-fragmen kecil yang
berasal dari jalur mevalonat, fenilpropanoid dan poliasetat. Dalam biosintesa
higrin, pertama terjadi oksidasi pada gugus amina yang diikuti oleh reaksi
Mannich yang menghasilkan tropinon, selanjutnya terjadi reaksi reduksi dan
esterifikasi menghasilkan hiosiamin. Biosintesisnya dapat digambarkan sebagai
berikut:
1. Biosintesis alkaloid
dari asam amino L-Tirosine
2.
Biosintesis alkaloid terpenoid
3. Biosintesis alkaloid
dari asam amino L-Triptopan
Kafein merupakan salah satu alkaloid yang
terkandung dalam daun teh selain teobromin. Kandungannya dalam daun teh 2-3 %.
Efek kafein terhadap tubuh bervariasi pada setiap orang. Kafein bekerja dengan
menstimulasi sistem saraf pusat. Apabila adenosine dihasilkan di otak, kafein
akan berikatan dengan reseptor adenosine. Pengikatan adenosine akan menyebabkan
rasa mengantuk disebabkan oleh penurunan aktivitas sel saraf. Di otak,
pengikatan adenosine pada reseptornya menyebabkan vasodilatasi pembuluh darah.
Pada sel saraf, kafein dan adenosine mempunyai struktur yang sama. Oleh itu,
kafein berikatan pada reseptor adenosine dan meningkatkan aktivitas sel saraf.
Kafein juga menyebabkan vasokonstriksi pembuluh darah dengan menghambat kerja
adenosine untuk mendilatasi pembuluh darah. Efek ini adalah sebab utama mengapa
sesetengah obat penghilang nyeri kepala mengandungi kafein
Pada tahun 2004, Badan POM mengeluarkan Surat
Keputusan Kepala Badan POM No. HK.00.05.23.3644 tentang Ketentuan Pokok
Pengawasan Suplemen Makanan. Dalam keputusan ini, disebutkan bahwa batas
konsumsi kafein maksimum adalah 150 mg/hari dibagi minimal dalam 3 dosis. Kopi
dapat mengandung 50-200 mg kafein per cangkir tergantung penyeduhan. Untuk teh
dapat mengandung 40-100 mg kafein per cangkir. Dosis letal kafein secara oral
adalah 10 gram (150-200 mg/kg), meskipun dilaporkan terdapat individu yang
mampu bertahan setelah menelan 24 g kafein. Pada anak-anak menelan 35 mg/kg
kafein dapat menyebabkan keracunan tingkat sedang. Jika individu mengonsumsi
kopi dan minuman lain yang mengandung kafein pada hari yang sama, maka individu
tersebut dapat mengonsumsi kafein melebihi dosis yang direkomendasikan sehingga
dapat menimbulkan risiko terjadinya efek keracunan kafein yang bersifat akut.
Secara kimia senyawa kafein dihasilkan dari reaksi
metilasi antara teofilin dengan beberapa larutan metil. Kafein disintesis dalam
tumbuhan dengan prekursor asam amino urasil. Biosintesis kafein dapat
diterangkan melalui bagan berikut.
Berikut katabolisme kafein pada tumbuhan dan bakteri
Kafein dimetabolisme di hati oleh sistem enzim sitokrom P450
oksidase (untuk lebih spesifik, yang isozim 1A2) menjadi tiga dimethylxanthines
metabolik, yang masing-masing memiliki efek sendiri pada tubuh:
- Paraxanthine (84%): Efek lipolisis meningkat, yang mengarah ke gliserol tinggi dan kadar asam lemak bebas dalam plasma darah.
- Theobromine (12%): Dilatasi pembuluh darah dan volume urin meningkat. Theobromine juga merupakan alkaloid utama dalam biji kakao, dan karena itu coklat.
- Teofilin (4%): Melemaskan otot-otot polos dari bronki, dan digunakan untuk mengobati asma. Dosis terapi teofilin, bagaimanapun, adalah kali lebih besar dari tingkat diperoleh dari metabolisme kafein
F.
Kesimpulan
Kesimpulan dari
percobaan ini adalah :
·
Alkaloid merupakan golongan senyawa
metabolit sekunder terbesar dan secara kimia heterogen dimana ia berkisar dari
senyawa sederhana seperti konilin sampai pada senyawa dengan cincin pentasiklik
seperti strikhinin.
·
Reaksi utama yang mendasari biosintesis
senyawa alkaloid adalah reaksi mannich antara suatu aldehida dan suatu amina
primer dan sekunder, dan suatu senyawa enol atau fenol
·
Kafein
merupakan salah satu alkaloid yang terkandung dalam daun teh yang bekerja
dengan menstimulasi sistem saraf pusat.
·
Kafein
dimetabolisme di hati oleh sistem enzim sitokrom P450 Paraxanthine (84%), Theobromine (12%) dan Teofilin (4%).
DAFTAR PUSTAKA
Cakrawati,
D. 2005. Pengaruh Pra Fermentasi dan Suhu Maserasi Terhadap Beberapa Sifat
Fisikokimia Minyak Kasar Kluwak. Universitas Padjajaran. Surabaya.
Dirjen
POM. 1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Departemen Kesehatan: Jakarta.
Nurhayati, Y., Gebi D., Iqbal M. 2004. “Pemisahan dan
Pemurnian Senyawa Metabolit Sekunder Turunan Flavonoid dari Kulit Batang Ficus virens Ait. (Moraceae)”. Seminar Nasional dan Penelitian dan
Pendidikan Kimia. Bandung
Purwantini, I., Rima M.,
Naniek D. 2007. Kombinasi Daun Teh dan
Mangkokan Sebagai Penumbuh Rambut. Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta
Simbala, Herny. E.i., 2009.
Analisis Senyawa Alkaloid Beberapa Jenis Tumbuhan Obat Sebagai Bahan Aktif Fitofarmaka. Pacific Journal. Vol. 1(4)
Yu Chi Li, Tai Man Louie,
Ryan Summers, Yogesh Kale, Sridhar Gopishetty, and Mani Subramanian, Two Distinct Pathways
for Metabolism of Theophylline and Caffeine Are Coexpressed in Pseudomonas
putida CBB5, JOURNAL OF BACTERIOLOGY, July
2009, p. 4624–4632 Vol. 191, No. 14. Center for Biocatalysis & Bioprocessing and Department of Chemical
& Biochemical Engineering,The University of Iowa, Iowa City, Iowa 52242 Received 26
March 2009/Accepted 7 May 2009.
ليست هناك تعليقات:
إرسال تعليق